Sabtu, 14 September 2013

Review Novel Shukufuku Sa Reta Jinsei

Judul Novel               : Shukufuku Sa Reta Jinsei
Penulis                     : Kanato Puji
Penerbit                    : Savana
ISBN                        : 978-602-793396-5
Harga buku              : Rp 30.000,-

Shukufuku Sa Reta Jinsei
(Kita ada untuk melengkapi satu sama lain)

Sakuragi Reina terpaksa tinggal bersama ayah dan keluarga barunya. Ya, ayah Reina menikah dengan perempuan lain dan ia terpisah dari kakaknya Keichi. Neneknya meninggal dan umurnya sudah beranjak 17 tahun. Tidak ada pilihan lain dia harus melanjutkan sekolahnya dan harus tinggal bersama ayahnya jika ingin tetap dibiayakan sekolahnya. Kesan pertama disekolah barunya tidak buruk. Dia diterima dengan baik. Namun menurut dia, beradaptasi dengan lingkungan baru sangatlah tidak mudah.
Reina berjalan menuju stasiun, dilihatnya banyak sekali kedai-kedai kecil dan dia memutuskan mampir untuk membeli taiyaki makanan kesukaannya. Setelah itu dia mencari tempat duduk yang masih kosong. Dia merasa heran, tempat seramai ini tetapi ada satu bangku yang tidak ditempati. Atau karena ada kalengnya? Dia pun membuang kaleng tersebut. Namun ternyata tempat itu sedang digunakan untuk memotret. Reina pun meminta maaf karena ia tidak tahu. Mereka pun berkenalan, untungnya si pemotret itu baik. Dia bernama Harada Kenta. Entah mengapa mereka langsung mengobrol akrab bahkan Harada meminta tolong kepada Reina agar bersedia berdiri di belakang kaleng-kaleng sambil pura-pura berjalan dan makan taiyaki.
    Tanpa disadari pertemuan mereka dengan ketidaksengajaan ini terus berlanjut.
Hari ini pertemuan ketiga kalinya, dia janjian ditempat pertama mereka bertemu. Harada tampak berbeda tak seperti biasanya. Entah mengapa hari ini belahan rambutnya berubah menjadi disebelah kiri. Hari ini dia juga membawa botol minum, tanpa membawa kamera, bahkan lebih banyak omong dari biasanya. Dia pun tampak sangat memahami ilmu kedokteran saat memeriksa kakak Ryota. Anak yang tertabraknya saat akan menemui Reina. Namun, Reina tidak menghiraukan semua itu. Hari ini, dia merasa sangat senang mengobrol dengan Harada. Tanpa disadari ada yang memperhatikannya sejak tadi. Ya, Kataoka. Teman sokolahnya yang sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri. Karena Reina mirip dengan adiknya yang sudah meninggal karena……… (Hmmm…. Baca bukunya langsung ya ;P)
                Dia pun pulang bersama Kataoka, dan Kataoka berkata jika Harada menoleh itu berarti dia menyukainya. Yeaaaaaah ternyata Harada menoleh. Begitu bahagianya Reina. Awalnya Kataoka sangat khawatir dengan Reina, karena dia baru mengenal Harada dan dia tidak ingin Reina seperti Keyri adiknya. Tapi sekarang Kataoka sudah tidak begitu khawatir karena tadi dia telah mengobrol sedikit dengan Harada. Dan menurutnya, Harada orang yang baik dan asik.
                Harada tampak sangat gusar karena hari ini dia mengajak Reina untuk menemui kakaknya di rumah sakit atas permintaan kakaknya. Reina pun menyadari hal tersebut, Harada tampak gelisah. Berkali-kali ia bertanya. Tapi Harada hanya menjawab tidak. Entah mengapa jantung Reina berdetak cepat karena sikap Harada.
                Saat akan membuka pintu. Harada menahan tangan Reina. Dan ia berkata “Aku mohon apapun yang terjadi kau tidak boleh marah kepada kakakku. Marahlah kepadaku.” Reina sangat bingung. Dia bertanya balik “Memangnya apa yang telah kakakmu lakukan sehingga aku harus marah padanya?” Harada pun terus memohon agar ia tidak marah kepada kakakknya. Dan Reina pun berjanji. Lalu mereka masuk. Dan saat Reina bangkit dari bungkuknya sehabis memperkenalkan diri. Entah mengapa mulutnya terasa kaku. Dia juga tidak bisa menggerakkan tubuhnya. Sekujur tubuh Reina terasa kaku. Saat seseorang yang berada dikursi roda itu menyapa dan mendekatinya, Reina pun berusaha untuk pergi. Dia kesal, marah. Apa-apaan semua ini? Tapi Harada menghadangnya. “Aku membencimu. Kau  telah membohongiku.” Ucap Reina saat Harada menghalangnya untuk pergi. Harada terus meminta maaf dan memohon agar dia mendengarkannya dulu. Lalu Harada memperkenalkan diri, Aku Harada Kota disambung dengan orang yang duduk dikursi roda itu, aku Harada Kenta. Ya, mereka kembar. Reina sangat bingung selama ini dia mencintai orang kembar. Lantas siapa yang ia cintai? Reina pun melontarkan beberapa pertanyaan. Namun, saat ia menanyakan “siapa yang waktu itu menyatakan cinta kepadaku?” dan Harada Kenta menjawab “Ore (Aku)”. Entah mengapa ia merasa tidak rela mendengar jawaban itu keluar dari mulut Harada Kenta.
                Lalu siapa yang akan dipilihnya? Harada Kenta-kah yang memang sudah mencintainya? Atau Harada Kota yang belum ia ketahui perasaannya? Atau bahkan ia memilih untuk mengambil beasiswanya ke Perancis? (Penasaran dong pastinya. Yuk langsung aja baca bukunya! Yang belum punya, yuk cuslah dibeli :PP)



_@Santiyapra_